LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK CONPREHENSIF
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK
CONPREHENSIF
RSUD ARIFIN AHMAD
NAMA : DANI
PRABOWO
NIM :
13010003
Ruangan : DAHLIA
Diagnosa Medik : Hirschsprung
A. Pengertian
Ada beberapa pengertian
mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan
oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada
usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter
rectum berelaksasi.
Hirschsprung
atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam
rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus
spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega
Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada
neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir £ 3
Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
B. Etiologi
Adapun
yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga
terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan
Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C.
Patofisiologi
Istilah
congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara
normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran
cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz,
Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua
ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal.
Isi
usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu
karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson, 1995 : 141 ).
D.
Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam
24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah
bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus
letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis
sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen
dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi
ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul
enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson,
2002 : 317 ).
1.
Anak – anak
a
Konstipasi
b
Tinja seperti pita dan berbau busuk
c
Distenssi abdomen
d
Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e
Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily
& sowden, 2002 : 197 ).
2.
Komplikasi
a
Obstruksi usus
b
Konstipasi
c
Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d
Entrokolitis
e Struktur anal dan inkontinensial ( pos
operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )
E.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan
pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a
Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur
di bagian usus yang menyempit
c
Entrokolitis padasegmen yang melebar
d
Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan
K, 2004 : 17 )
2.
Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari
sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3.
Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4.
Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari
hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas
enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari
jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6.
Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
F.
Penatalaksanaan
1.
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion
aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan
motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan
medis yaitu :
a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap
segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau
dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds )
atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (
Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada
beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley
& Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering
dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal,
perhatikan utama antara lain :
a
Membantu
orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b
Membantu
perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c
Mempersiapkan
orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d
Mendampingi
orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan
preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal
nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat.
Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan
juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
PATHWAYS
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus
Sel ganglion pada kolon
Tidak ada / sangat sedikit
Kontrol kontraksi dan relaksasi
Peristaltik abnormal
Spinter rektum tidak dapat relaksi |
Peristaltik Tidak Sempurna |
refluks peristaltik akumulasi
benda padat, gas, cair
mual dan muntah perasaan penuh obstruksi di colon
| ||||
G. Pengkajian
Identitas klien
Meliputi
nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan
utama Klien
Masalah yang
dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada
klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Yang diperhatikan
adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen
dan muntah hijau atau fekal.Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien
dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat
kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya
klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran,
riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat
Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e. Riwayat
psikologis
Bagaimana perasaan
klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri atau
bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f. Riwayat
kesehatan keluarga.
Tanyakan pada orang
tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.
g. Riwayat
social
Apakah ada pendakan
secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan dengan orang
lain.
h. Riwayat
tumbuh kembang
Tanyakan sejak
kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i.
Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan
nutrisi, istirahat dan aktifitas.
H. Diagnose keperawatan
1. Konstipasi
berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces
2. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan
tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan intake yang kurang
I. Intervensi
No
|
Diagnose
|
Kritria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Konstipasi
berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces
|
Tujuan :
1. anak dapat melakukan eliminasi
dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa
dilakukan
Kriteria Hasil
1.
Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa
adapatasi
2.
Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
|
1.
Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9
%
2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam
sekali
3.
Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk,
konsistensi, jumlah
4.
Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi
feses
5.
Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
|
2
|
Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh
berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
|
Tujuan :
1.
Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil
1.
Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2.
Turgor kulit
pasien lembab
3.
Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
|
1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet
yang dianjurkan
2. Ukur berat badan anak
tiap hari
3. Gunakan rute alternatif
pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien
yang sudah mulai merasa mual dan muntah
|
3
|
Resiko berhubungan dengan kurangnya volume cairan intake yang kurang
|
Tujuan :
1. Status hidrasi
pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil
1. Turgor kulit lembab.
2. Keseimbangan cairan.
|
1. Berikan asupan cairan
yang adekuat pada pasien
2. Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi
turgor, intake – output
3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah
antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
|
DAFTAR
PUSTAKA
A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta
Kedokteran, edisi 3, Jakarta
: Media Aesculapius FKUI
Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku
Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC
Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Darmawan K ( 2004 ). Penyakit
Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.
Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu
Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Nelson,
W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta :
EGC
Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I.
Jakarta : Infomedika Jakaarta.
Suherman.
( 2000 ). Buku Saku Perkembanagn Anak. Jakarta : EGC
Suryadi
dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
Wong,
Donna ( 2004 ). Keperawatan
Pediatrik. Alih
Bahasa Monica Ester. Jakarta :
EGC
Yupi,
S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
#PaniqueCreats
By: Zona Intranet
Komentar
Posting Komentar